Di masa lalu, para psikolog beranggapan bahwa cara terbaik untuk memahami perilaku manusia adalah dengan mencari kecenderungan atau sifat kepribadian yang stabil dan konsisten, yang memiliki pengaruh luas terhadap perilaku. Sifat atau disposisi adalah kecenderungan yang relatif stabil dan bertahan lama untuk berperilaku dengan cara tertentu, yang membedakan satu orang dengan orang lainnya. Misalnya, seseorang mungkin ekstrovert dan memiliki kecenderungan yang konsisten untuk bersosialisasi dan bertemu dengan orang lain, sementara orang lain mungkin pemalu dan introvert, serta cenderung hanya bersosialisasi dengan teman dekat.
Dalam beberapa tahun terakhir, para peneliti (misalnya Frick & White, 2008) memberikan perhatian besar pada beberapa sifat yang secara kolektif disebut sebagai callous-unemotional traits atau sifat dingin dan tidak berperasaan yang sering dikaitkan dengan psikopat, yaitu individu (lihat Bab 7) yang mungkin (atau mungkin juga tidak) bertanggung jawab atas berbagai kejahatan serius. Sifat dingin dan tidak berperasaan ini ditandai dengan kurangnya empati dan kepedulian terhadap kesejahteraan orang lain, dan sering kali memicu pola perilaku antisosial yang agresif dan berkelanjutan. Seperti disebutkan sebelumnya, pengendalian diri juga merupakan sifat yang mendapat banyak perhatian dalam dunia kriminologi.
Teori sifat berpendapat bahwa manusia menunjukkan perilaku yang konsisten sepanjang waktu dan dalam berbagai situasi, dan perilaku-perilaku ini mencerminkan kepribadian. Oleh karena itu, banyak psikolog yang mempelajari kejahatan menganggap bahwa mereka harus mencari sifat atau variabel kepribadian yang mendasari perilaku kriminal. Mereka cenderung memberi perhatian lebih sedikit pada lingkungan atau situasi individu. Dengan asumsi bahwa variabel kepribadian bisa diidentifikasi, maka akan mungkin untuk menentukan dan memprediksi siapa yang paling berisiko terlibat dalam perilaku kriminal.
Namun, seperti yang akan Anda pelajari, pencarian satu jenis kepribadian tertentu untuk menggambarkan pembunuh, pemerkosa, pelaku kekerasan, atau pencuri ternyata tidak membuahkan hasil. Perspektif kontemporer dalam psikologi kejahatan memang masih mencakup sifat atau perilaku kepribadian dalam menjelaskan kejahatan seperti akan terlihat dalam pembahasan tentang sifat dingin dan tidak berperasaan namun juga mencakup aspek kognitif, neuropsikologis, dan faktor perkembangan. Dengan demikian, meskipun psikologi sifat sebagai pendekatan tunggal kini kurang diminati, beberapa unsur dari pendekatan ini tetap bertahan.